Jumat, 18 Juli 2014

Kado Natal Buat Tuhan Yesus


Sebagaimana di bumi, di sorga pun para malaiakat berlomba untuk memberikan hadiah (kado) Natal yang terbaik buat Tuhan Yesus. Maka dari surga, diutuslah 3 orang malaikat untuk turun ke bumi mencari hadiah yang paling baik, guna dipersembahkan pada Tuhan Yesus di hari ulang tahunnya.

Malaikat pertama turun ke bumi, di sebuah kota besar, kota Jayapura, Papua. Tampak kota itu telah dihiasi, dengan berbagai hiasan Natal. Kehidupannya dinamis: di salah satu sudut, ada orang tertawa gembira. Di sudut yang lain, ada orang menangis berduka. Di sudut yang lainnya, ada orang berkumpul dan berdoa. Di sudut yng lainnya, aktivitas manusia dengan segala kepentingan mereka dilihatnya.

"Akh, lebih baik aku merekam salah satu lagu Natal dari Jayapura untuk dijadikan kado Natal buat Tuhan Yesus." Ia merekam lagu "Selamat Natal Papua."

“Tuhan, di hari ulang tahunMu, kupersembahkan rekaman lagu Natal, dari kota Jayapura, Papua. Kiranya Tuhan berkenan menerimanya," kata malaikat pertama.

“Baik, perdengarkanlah lagu itu.”



Tuhan Yesus tersenyum. Ia tampak bahagia mendengar lantunan lagu rekaman itu.

***
Malaikat kedua tiba di tengah-tengah hutan belantara yang masih alami, tepatnya di belantara Intan Jaya, dekat sungai Kemabu yang deras. Karena tiba di hutan, malaikat kedua pun segera mencari, kira-kira apa yang pantas untuk menjadi hadiah buat Tuhan Yesus di hari ulang tahunnya. Akhirnya, malaikat itu membawa setangkai bunga Anggrek berwarna pelangi, kepada Tuhan Yesus.

“Tuhan, di hari ulang tahunMu, kupersembahkan setangkai bunga anggrek berwarna pelangi ini yang kuambil dari belantara Intan Jaya, Papua. Kiranya Tuhan berkenan menerimanya.”

Tuhan Yesus menerima anggrek itu, mengamatinya, mencium aromanya, dan tersenyum bahagia.

***
Malaikat ketiga tiba di sebuah kota kecil. Nabire nama kota itu. Ia tiba pinggir jalan. Di pinggir jalan itu, ia melihat sebuah bangunan yang sudah tua. Depannya ada pohon Ketapang. Gedung tua itu berumur.

“Ah, bukan. Ini bukan kantor, tetapi sebuah sekolah.”

Malaikat itu Kemudian membaca papan nama di depan gedung: “SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d’Armndville, Nabire – Papua.”

“Aneh, sekolah, tanpa pagar yang tinggi. Tapi bersih.” Malaikat itu mengelilingi tembok dengan cat putihnya itu.

“Tak ada satu coretanpun di dindingnya.” Ia mulai kagum.

Masuk melalui pintu gerbang, kemudian malaikat itu mulai mencari cari sesuatu, untuk dijadikan hadiah buat Yesus. Malaikat tersebut lebih tertarik dengan bangunan megah di sebelah kirinya. Itulah kapela Le Cocq d’Armandville.

Dari luar, ia mendengar seperti suara tangisan di dalam kapela. Malaikat ketiga itu penasaran. Maka ia masuk ke dalam kapel itu. Malaikat itu mendapati seorang remaja Papua, berkulit hitam, berambut keriting, mengenakan seragam putih abu-abu, dengan logo ayam jago di dadanya, sedang menangis sambil berlutut menghadap altar. Malaikat itu makin penasaran, dan ia makin mendekat.

Dari dekat, ia mendengar kata hati remaja itu berkata:

“Tuhan Yesus, di hari Natal ini, aku memohon pengampunan dari-Mu. Aku banyak sekali berbuat salah. Terutama, melalaikan tugas utamaku, yakni belajar. Aku menyesal atas semuanya itu. Tuhan Yesus, di hari Natal ini, aku berjanji, akan belajar giat lagi. Agar aku dapat memuliakan namaMu yang besar dengan mempersiapkn diriku dengan bantuan rahmat-Mu, dan akhirnya menjdi siap untuk berbuat sesuatu yang baik untuk bangsaku Papua.”

Karena tidak ada hadiah lain, maka malaikat ketiga pun menadahkan tangannya, untuk mendapatkan tetesan air tangisan remaja Papua itu. Kemudian, ia kembali ke sorga dan menghadap Tuhan Yesus.

“Tuhan, di hari ulang tahunMu, kupersembahkan setetes air mata seorang remaja Papua dari Le Cocq d’Armandville College, Nabire. Air mata penyesalan dan pertobatan. Air mata yang melahirkan tekad, semangat untuk berbuat sesuatu yang baik bagi bangsanya, Papua, yang semakin tidak berdaya lagi dibelit konflik dan pertentangan karena ketidakadilan dan ke(pe)miskinan.”

Mendengar itu, Tuhan Yesus tersenyum gembira.

“Ternyata ada saja orang yang ingin menjadi mannusia buat sesamanya yang lain, menjadi garam dan terang buat sesamanya.” katanya dengan tersenyum bahagia.

“Anakku...” kata Tuhan Yesus, seperti berbicara kepada lelaki Papua di kapela Le Cocq d’Armandville.

“Terimakasih kau telah mengundang aku, dengan membersihkan tempatku di dalam hatimu. Jadilah garam dan terang di tengah kegelapan dari yang menyelimuti negerimu. Bangkitlah.

“Aku akan segera lahir kembali, dan datang padamu, anakku. Aku sendirlah yang akan memimpin jalan kebenaranmu anakku, kita akan segera bersama menjadi garam dan terang bagi tanah Papua.”

Dan dengan senang hati, hadiah dari malaikat ketiga: setetes air mata seorang remaja Papua itu, diterima Tuhan Yesus. @by: Sanimala Bastian.

(Keluarga besar SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d'Armanville, selamat menyambut Natal, 25 Desember 2012)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mengharukan! nice story Bastian!