Cerpen Topilus B. Tebai
DARI
AWAL aku memang mencurigai bahwa kegilaannya itu adalah buatan. Dia dahulu
temanku sebangku saat kami di SMP YPPK Santo Fransiskus dari Asisi Moanemani. Aku memang kenal perempuan ini.
“Suanggi datang ...” lalu semua pengunjung
pasar tumpah berlarian masing-masing menjauh ke segala arah. Maria namanya, dia
yang mereka takuti.
Aku
lihat rambutnya yang acak-acakan.
Pakaiannya lusuh dan kotor. Tampak dari sorot matanya, ia kurang istirahat.
Wajahnya tegang. Seperti diperintah atasanku, aku bergegas menggerakkan kaki
mendekati sahabat lamaku itu.
“Maria
...”