Minggu, 12 April 2015

Gila





Cerpen Topilus B. Tebai

DARI AWAL aku memang mencurigai bahwa kegilaannya itu adalah buatan. Dia dahulu temanku sebangku saat kami di SMP YPPK Santo Fransiskus dari Asisi Moanemani.  Aku memang kenal perempuan ini. 

Suanggi datang ...” lalu semua pengunjung pasar tumpah berlarian masing-masing menjauh ke segala arah. Maria namanya, dia yang mereka takuti.

Aku lihat rambutnya yang acak-acakan.  Pakaiannya lusuh dan kotor. Tampak dari sorot matanya, ia kurang istirahat. Wajahnya tegang. Seperti diperintah atasanku, aku bergegas menggerakkan kaki mendekati sahabat lamaku itu.

“Maria ...”

Pembunuh Bayangan



Cerpen Topilus B. Tebai

BUNUH! Dalam benakku, hanya ada kata itu: Bunuh! 

Memang, itulah tugasku, membunuh. Namaku? Bagaimana aku memberitahu kau, sedang aku pun tak mengetahui siapa diriku? Yang aku tahu, aku  pembunuh. Pembunuh bayangan. Aku tahu, aku lahir untuk membunuh. Lebihnya? Tidak penting bagiku kini.

Barangkali yang muncul dalam imajimu adalah sosok berperawakan menyeramkan dengan jenggot tebalnya, atau alisnya yang tebal, dengan mata semerah darah, bila kau ketik kata “pembunuh” dalam mesin pencari di otakmu. 

Entalah! Yang jelas, aku bukan seperti yang kau bayangkan. Aku manusia seribu wajah. Aku manusia seribu bahasa. Aku manusia seribu karakter. Aku hadir dalam setiap tarikan nafasmu.
Aku berada dimana kau berada, berdiri di setiap persimpangan jalan, berjalan di belakangmu, mengikuti kemana kau pergi. Aku masuk di tempat kau masuk, dan duduk di belakang tempatmu duduk, mengawasimu.

Erstberg




Cerpen Topilus B. Tebai

Cerita itu ada sejak dunia dijadikan: bersama dengan diciptakannya dunia ini oleh Maha Pencipta, Ia juga telah menciptakan Lord of the Rings, sebuah cincin utama, cincin yang ditakdirkan untuk berkuasa, menguaai 8 cincin lainnya di muka bumi ini.

The Lord of the Rings merupakan pusat bagi kedelapan cincin, yang merupakan delapan penjuru angin. Ia yang menyembunyikan ‘Yang Berharga’ itu  telah memberi tanda ajaib pada pulau tempat ia meletakkannya.

“Orang luar akan datang, menguasai The Lord of the Rings. Mereka, pemilik cincin itu akan hidup menderita. Mereka dipinggirkan. Namun, suatu saat, ketika mereka berpikir untuk bebas, menguasai kembali cincin utama mereka, mereka akan berdiri jaya. 8 cincin lainnya akan takluk kepada mereka.”

Tidak Hitam-Putih



Cerpen Topilus B. Tebai

Mereka berserakan di depan asrama, amat banyak. Mereka adalah daun-daun yang telah gugur dari tangkainya. Bedanya, selain letaknya yg tak lagi di ranting pohon, juga karena warnanya tak lagi hijau. Mereka sudah kekuningan. Mati. 

"Mereka sudah jadi sampah. Merusak pemandangan." Abbi berkata padaku suatu sore. Paginya, ia mengelompokkan mereka dengan sapu lidi. 

"Kita bakar tumpukan sampah ini." Adhen datang dengan korek api. 

Sabtu, 28 Februari 2015

KM Perubahan



Cerpen karya Topilus B. Tebai

SUATU pagi yang indah di Nabire.
Saat itu aku duduk membaca koran di Oyehe, di emper toko, menghadap jalan. Ketika semakin banyak orang berbondong-bondong menuju pelabuhan Samabusa, aku semakin penasaran. Semua orang; tua dan muda, lelaki dan perempuan, pelajar dan mahasiswa. Setiap orang dari mereka memakai pakaian kebanggaan.

Tampak para imam berjubah, menuju Samabusa. Para pelajar dengan seragam sekolah mereka yang merah putih itu, juga menuju ke sana. Pelajar SMP dengan seragam putih biru. Juga SMA. Para mahasiswa Uswim, Akper, dan mahasiswa Teologi di Sekolah Tinggi Teologia, semua dengan kemeja menuju Samabusa.

Para mama penjual sayur, mereka membawa serta barang dagangan mereka menuju Samabusa. Para nelayan juga. Mereka meninggalkan jala dan perahu mereka, bukan untuk mengikut Yesus seperti cerita Alkitab. Mereka menuju Samabusa.

Tamu Tengah Malam


Cerpen karya Topilus B. Tebai

Malam itu aku benar-benar tak mampu tertidur. Aku seperti gelisah menanti sesuatu, entah apa. Dan tepat pukul 24.00 pintu rumah kami diketok. Aku yang dibuat dingin karena hujan dan angin yang membabi buta di luar, yang serpihan dinginnya menusuk tulangku, kini merinding membayangkan sosok manusia di depan rumah kami.

Aku bergidik dan enggan melangkahkan kaki membuka pintu. Tetapi ketika kudengar ketukan kedua,  aku bagai tersihir. Keberanian datang tiba-tiba, menghampiriku. Aku menjadi tak peduli lagi siapa gerangan orang yang mengetok pintu tengah malam begini.

Lilin




Cerpen karya Topilus B. Tebai

MALAM telah menyelimuti Yogyakarta. Sudah pukul 23.30 WIB. Aku disini masih duduk mematung di tengah tumpukan buku, semalam ini. Gelap menguasai kamarku. Aliran listrik tidak lagi membuat lampu Philips di kamarku mengusir gelap. Sudah sejak 5 menit yang lalu.

Sejujurnya, aku masih belum percaya gelap akan menguasai ruang ini begitu saja, tiba-tiba. Padahal, aku baru saja mulai duduk menghadap notebook dan menarikan jemari merangkai cerita pendek ini. Akh, semua tampak tak bersahabat. Tidak seperti dirimu, kecuali ending yang kau suguhi, yang begitu tak kunikmati, akhir pekan lalu.

Galau




Cerpen karya Topilus B. Tebai

Masih tersimpan utuh di benakku, bagaimana bergetarnya hatiku saat matamu menatapku di ujung senja, ketika jemarimu lembut menggenggam tanganku. Selembut desau angin sore ditingkah kepak kawanan camar yang riang berkejaran. Kau tahu, aku pun seriang mereka, kala itu.

Hery, saat itu aku berusaha semampuku untuk tegar di hadapanmu. Seperti batu karang kokoh di antara riak gelombang perpisahan. Kupandangi KM Labobar sebagai pengalih perhatian, dan senyumku berubah dingin untuk kapal yang akan mencurimu dariku. Telah dua tahun berlalu, dan saat-saat itu sulit kulupa.

Kau hanya ada untukku, setidaknya itu yang aku rasa di pelabuhan Hollandia. Padahal, hari-hari sebelumnya, aku hidup dengan berlinang air mata sambil pasrah dan menepuk dada. Berkali-kali kau katakan sayang padaku, sebanyak itu pula maafmu. Kau tahu, itu karena aku selalu menemukan alasan kau tak setia padaku.