Cerpen Topilus B. Tebai
Cerita itu ada sejak dunia dijadikan: bersama dengan
diciptakannya dunia ini oleh Maha Pencipta, Ia juga telah menciptakan Lord of the Rings, sebuah cincin utama,
cincin yang ditakdirkan untuk berkuasa, menguaai 8 cincin lainnya di muka bumi
ini.
The
Lord of the Rings merupakan pusat bagi kedelapan cincin,
yang merupakan delapan penjuru angin. Ia yang menyembunyikan ‘Yang Berharga’
itu telah memberi tanda ajaib pada pulau
tempat ia meletakkannya.
“Orang luar akan datang, menguasai The Lord of the
Rings. Mereka, pemilik cincin itu akan hidup menderita. Mereka dipinggirkan.
Namun, suatu saat, ketika mereka berpikir untuk bebas, menguasai kembali cincin
utama mereka, mereka akan berdiri jaya. 8 cincin lainnya akan takluk kepada
mereka.”
Berabad-abad lalu, hal itu terjadi. Cerita ini terus
tumbuh. Zaman dahulu, ketika peradaban manusia tumbuh seiring perkembangan
teknologi, pelayaran dan perdagangan, cerita klasik itu tidak luntur
ditelan waktu dan hingar dunia. Cerita itu menginspirasi banyak pelaut,
petualang, juga peneliti. Mereka berlayar ingin menemukan The Lord of the Rings. Konon, ia akan jadi pintu da jembatan bagi
siapa saya yang ingin menguasai dunia.
***
Tahun 1936. Tersebutlah di daerah jajahan baru
Nederland, Niew Guinea Barat, yang kini
dikenal umum sebagai Papua, sebuah perusahaan minyak ternama kala itu,
Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatscappij (NNGPM). Disanalah dua pemuda
Nederland itu bekerja. Mereka Dr. J.J. Dozy dan Dr. A.H. Colijn.
Dr. A.H. Colijn adalah anak dari kapten H.Colijn yang
pernah menyusun nota untuk pemerintah Belanda tahun 1906 atas perintah gubernur
jenderal Belanda Van Heutsz untuk membuat kebijakan tegas terhadap tanah Papua,
karena sadar akan segalanya yang menjanjikan di tanah itu.
Bersama Dozy, Colijn bekerja di NNGPM. Di waktu libur,
mereka tetap melestarikan hoby lama mereka: mendaki gunung. Entah mengapa,
mereka percaya kepada cerita nenek moyang mereka, bahwa bangsa apa saja yang
menemukan cincin sentral, The Lord of the
Rings, ia akan menguasai dunia. Bekerja di perusahaan minyak itu, ada
kekuatan gaib yang menarik hati dan keingingan mereka. Kekuatan gaib itu
menuntun mereka.
Suatu saat, mereka terkejut dan tergoda pada sebuah
gunung tinggi nan ajaib. Gunung yang mereka pandangi dari laut selatan Papua
itu aneh tetapi nyata. Di wilayah yang berada di zona tropis itu, mereka
menjumpai sebuah gunung dengan saljunya.
Memandang gunung salju itu, hati bergetar. Itu bukan
hal biasa. Teringat kembali akan cerita The Lord of the Rings, mereka ingin
menelusurinya.
***
Pada 29 Oktober 1936 subuh, pukul 02:10 waktu Papua,
mereka keluar dari pangkalan NNGPM di pantai selatan Papua. Colijn, Dozy,
beserta 8 pemikul barang dengan segala perlengkapan berangkat menuju daratan
dengan 7 perahu.
Awalnya, mereka menelusuri sungai Ajkwa untuk menuju
Paiva. Selama 3 hari berikutnya, mereka menyusuri sungai Ajkwa menuju sungai
Otomona. Dari hulu sungai ini, mereka jalan kaki mencapai kaki pegunungan dalam
2 hari.
Colijn dan Dozy menyusuri punggung gunung antara sungai
Ajkwa dan Otomona. Sampai pada simpangan sungai Otomona, mereka kembali melalui
gunung di tengah sungai Otomona timur dan Otomona barat. Mereka tak dapat
melihat dengan jelas. Mereka bingung. Untuk kali ini, mereka turun lagi kembali
ke sebuah dusun dekat mereka, Narji. Disini mereka berkontak dengan suku
Amugme.
Colijn dan Dozy sadar, mereka butuh bantuan droping
makanan dari udara, lantaran medan yang sangat berat. Untunglah, Ir. F. Wissel
membantu mereka. Sesuai aba-aba mereka, Wissel akan melintas di udara,
menurunkan barang yang dibutuhkan di tempat dimana mereka tunjuk.
Dari Narji, mereka menuju sebuah tempat di sebuah
pegunungan yang lebih baik melalui lembah sungai Aghawagon. Ini perjalanan
terberat mereka. Dalam hati, mereka semakin didesak untuk terus mencapai
sesuatu. Sesuatu itulah yang mendorong mereka terus berjalan, semangat, dan
sesuatu itu sepertinya ingin ditemukan. Sesuatu dalam hati bergeliat, gelisah.
Senin, 23 November 1936, mereka sampai ke Medan Rumput
Cartenz. Pada 26 November, tepat satu bulan sesudah meninggalkan Aika, mereka sudah di sekitar Gunung Bijih Ersberg.
Hati mereka mulai bergetar. Berdebar. Itu sudah. Mereka telah menemukan ‘sesuatu’
yang selama ini menarik mereka untuk ditemukan.
Mungkinkah ‘sesuatu’ itu, Gunung Bijih Ersberg, puncak
gunung yang tertutup salju Abadi ini?
Bila iya, ia tak jauh dari tempat
mereka bekerja. Juga gunung penuh rumput
kecil penuh emas di sebelah yang mereka namakan Grassberg, itulah The Lord of the Ring? Oh Tuhan. Gunung
bijih. Emas. Tembaga.
Dozy, setelah melakukan penelitian ilmiah,
mendokumentasikan, berdiskui dengan Colijn, tertunduk dalam kemah. Mereka tepat
berada di atas The Lord of the Rings:
Cincin utama yang suatu saat nanti, akan mengguncang dunia.
***
Berikut catatan perasaan Dozy setelah berhasil
mendokumentasikan kajian ilmiah menyangkut bunung Bijih:
“Kakekku di surga, sungguh, ketika kau cerita tentang
cincin utama itu, aku tak percaya. Cerita itu begitu tinggi. Ia begitu mustahil
berada di dunia ini. Juga, Alkitab tidak bicara tentang itu. Kini, saya berada
di atas ‘sesuatu’ yang luar biasa. Awalnya, aku kagum atas selimut salju. Kini
aku tahu, selimut itu melingkupi emas, tembaga, gunung Bijih Ersberg, Lord of the Rings yang kelak akan menarik
8 cincin lainnya, suatu saat nanti, tepat seperti ceritamu itu.”
***
Penemuan luar biasanya Dozy itu ia publikasikan dalam majalah geologi di
Leiden, Belanda, Leidsche Geologische
Mededeelingen, tahun 1939. Awal tahun 2000, Dozy yang sudah tua datang ke
Papua, mengunjungi tempat luar biasanya itu.
Hanya satu keadaan yang sama: penduduk Amugme Kamoro,
orang Papua, yang masih tetap miskin, dibuat tak punya harapan hidup, di atas
cincin utama yang kini jadi rebutan bangsa-bangsa. Ia sadar, benar kata kakeknya.
Kini, cincin utama itu mulai menarik 8 cincin lainnya dari seluruh penjuru
dunia.
Yang dia lihat kini, bukan sebuah keadaan yang
membuat hatinya berdebar karena
saljunya, keperawanan hutannya, misteri dan uniknya alam, suara satwa, dan
kekuatan gaib yang membuat hatinya berdetak cepat kala mendekati Gunung Bijih
temuannya.
Sama sekali tidak!
Gunung bijih Erstberg
itu kini tidak ada lagi. Yang ada hanya sebuah lubang raksasa, seperti
lubang bekas gigi raksasa yang telah
berhasil dicabut. Mengerikan. Sengeri derita rakyat di pinggir pagar cincin
utama incaran dunia ini. TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda terhadap apa yang telah anda nikmati di atas!